Ini kisah nyata yang saya alami sendiri. Suatu malam saya bermimpi. Sepertinya dalam mimpi itu hidup saya susah sekali. Saat itu saya sedang berada didekat sumur kecil diatas sebuah bukit. Merenungkan tentang hidup saya.
Sumur itu tak pantas disebut sumur. Hanya seperti lubang menganga berdiameter kurang lebih 1 meter. Didalamnya ada airnya yang keluar dari mata air yang ada didalamnya.
Sumur itu jernih sekali. Sehingga dasarnya bisa terlihat dari atas. Kedalamannya hanya sekitar 1,5 meter. Sedang jarak permukaan air dari bibir sumur hanya seukuran panjang lengan. Jadi jika kita ingin mengambil airnya dengan gayungpun bisa. Saya sangat heran, mengapa diatas bukit ada mata air yang sedemikian dangkalnya. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Didasarnya terlihat batu batu besar bercampur dengan kerikil, sepertinya tak ada lumpur sama sekali disana. Ada ikan-ikan kecil sebangsa lunjar disana. Dari manakah ikan-ikan kecil itu datang keatas bukit? Subhanallah..Maha Suci Allah.
Tiba-tiba datang seorang Kyai Sepuh (Tua) yang maaf mukanya buruk sekali seperti orang cacat habis kebakaran. Rambutnya putih panjang penuh uban, digelung diatas kepalanya. Saya tidak tahu dari mana Kyai Sepuh itu datang. Tiba-tiba sudah ada didekat saya. Beliau mengucapkan salam. Sayapun membalas salamnya.
Saya agak ketakutan ketika Kyai itu mendatangi saya. Tapi raut muka dan sinar matanya lembut, sehingga rasa takut saya perlahan sirna. Lalu beliau berjalan kearah pohon pisang yang ada disekitar kami. Dan mengambil daun pisang muda yang ada dipucuk. Saya tidak mengerti maksudnya. Lalu beliau mengambil air dari dalam sumur itu dan diberikannya kepada saya. Dengan alas daun pisang muda yang baru saja diambilnya.
‘Minumlah…Air ini adalah air kehidupan, jika kamu minum air ini, hidupmu akan menjadi berkah dan dadamu akan menjadi lega. Ya..?’ Suara Kyai itu lembut dan teduh sekali. Kyai itu sambil mengulurkan tangannya memberikan air yang ada dalam daun pisang itu kepada saya.
Ketika mendengar kata-katanya mata saya berkaca-kaca. Seolah Kyai sepuh itu mengerti apa yang menjadi penderitaan saya, kesedihan saya dan semua problem hidup saya. Seolah-olah saya berada di dekat Bapak saya almarhum, yang ketika beliau masih hidup selalu menghibur saat saya bersedih.
Entah mengapa saya serta merta menerima air itu dari tangan Kyai. Masih ada keraguan dalam hati saya untuk meminumnya. Rupanya Kyai itu menangkap keragu-raguan dihati saya.
‘Minumlah tak usah ragu-ragu’ Katanya kemudian, sebelumnya air itu didoakan oleh Kyai Sepuh itu.. Tak lama kemudian air itu saya minum. Segar sekali rasanya. Air itu seperti mengandung daya hidup yang luar biasa. Tubuh saya seperti teraliri energi yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Segar dan menyehatkan rasanya. Dan tiba-tiba seluruh kesedihan saya, penderitaan saya dan problem hidup saya seolah sirna setelah minum air itu.
Kyai itu tersenyum sepertinya senang sekali saya mau minum air pemberiannya. Ada keharuan yang menyeruak bertemu dengan Kyai Sepuh dalam mimpi itu. Entahlah saya tidak tahu mengapa?
Saya menjadi penasaran atas sumur yang seperti tidak lazim itu. Kok airnya begitu luar biasa. Lebih aneh lagi ketika tiba-tiba saya melihat bayangan wajah saya yang muncul dari dalam air sumur itu menjadi muda kembali dan sangat cantik. Dan ketika saya mau mengucapkan terima kasih, Kyai Sepuh itupun sudah tidak ada lagi didekat saya. Entah kemana perginya. Sehingga saya juga tak sempat bertanya tentang sumur itu kepada Kyai Sepuh itu.
Saya tiba-tiba terbangun. Jam 2 dinihari. Saya masih takjub akan mimpi yang baru saja saya alami. Namun sempat terbersit juga dibenak saya. Alangkah senangnya bila sumur itu bukan hanya dalam mimpi. Tapi benar-benar ada, dan benar-benar berkhasiat.
Saya lalu shalat tahajjud menyerahkan mimpi saya kepada Allah, memohon perlindungan dari apa yang saya tidak tahu hakekatnya.
ESOK PAGI HARINYA…
Pagi-pagi sekali belum ada jam delapan, sahabat saya, Bu Anik namanya sudah datang kerumah saya. Biasa dia memang sering nongol kerumah saya, walau tidak ada yang penting untuk dibahas, dia memang rajin bersilaturahim.
Orangnya jauh lebih muda dibawah saya. Usianya memang sudah kepala 4. Namun masih energik seperti remaja saja. Senang motoran kesana kemari. Paling hobby kalau dimintain tolong antar teman kesuatu tempat. Entah ke puskesmas, entah ketoko, entah kemana. Pokoknya rajin menolong teman.
Nah pagi itu wajahnya kelihatan mendung, tak bergairah. BeTe. Dia mengajak saya untuk jalan-jalan motoran tanpa tujuan. Pokoknya sekedar menghilangkan kejenuhan. ‘Sireng-sireng’ istilah di kota saya Purworejo. Biasa ! Setiap wanita mungkin pernah mengalami yang namanya kejenuhan hidup. Bangun tidur sampai malam tidur lagi, menjalani rutinitas yang sama setiap hari. Ngurus rumah, ngurus suami, ngurus anak wah tak ada henti-hentinya.
Pagi itu kami berdua lalu pergi naik motor. Saya pamit ke suami saya mau jalan-jalan ke kota ( komplek perumahan kami kebetulan agak dipinggir kota ).Tentunya tidak keluar kota, sebatas memutari alun-alun, minum dawet hitam khas kota Purworejo, sudah itu lalu pulang. Begitu kebiasaan kami kalau lagi BeTe. Atau kalau tidak, pergi ke Toko Buku, sekedar melihat-lihat barangkali ada buku baru yang bagus.
Ketika motor baru saja meluncur dari rumah, tiba-tiba saya punya idée bagus. Lebih baik ke makam Mbah Imam Puro saja dari pada bepergian tak karuan juntrungnya. Mbah Kyai Imam Puro adalah cikal bakalnya kota Purworejo. Bu Anikpun sangat setuju. Kami berdua memang sering ke makam Mbah Imam Puro, sebagai bentuk penghormatan kami kepada Ulama Sepuh agar kami bisa meneladani keimanan dan akhlak beliau.
Makam Mbah Imam Puro, adalah makam yang dikeramatkan oleh masyarakat, karena konon Beliau adalah seorang Waliyullah. Makamnya selalu ramai dikunjungi orang. Dari mana-mana. Bukan hanya dari sekitar Purworejo saja, akan tetapi dari luar kota. Apalagi pada hari peringatan meninggalnya ( khaul )nya Mbah Imam Puro, hingga beribu-ribu orang datang kesana. Untuk mencari berkah keutamaan.
Tempatnya berada di ketinggian sebuah bukit, jalannya berliku-liku dan menanjak, menjadi tantangan tersendiri bagi para peziarah untuk sampai ke makam. Jalan sepanjang menuju makam melewati hutan kecil yang tidak ada penduduknya. Jadi sepi, mempunyai nuansa tersendiri bagi seseorang.
Bagi orang yang sehat saja, ketika berkunjung ke makam Mbah Imam Puro pasti ngos-ngosan nafasnya sampai di atas, apalagi bagi orang yang fisiknya kurang sehat, mungkin baru sampai setengah jalan harus mengurungkan niatnya untuk berziarah.
Untuk sampai ke makam itu ada dua jalur. Yang satu jalur untuk khusus pejalan kaki, jalannya terdiri dari anak tangga yang makin keatas makin terjal tanjakannya. Jalur yang lain bisa ditempuh dengan naik motor sampai ke lokasi makam. Rata terbuat dari paving, mulai dari bawah sampai ke lokasi makam yang berada diatas bukit.
Tetapi peziarah harus ekstra berhati-hati mengendarai motornya, karena jalannya berliku, menanjak dan banyak tikungan tajam dan terjal. Meleng sedikit bisa fatal akibatnya.
Singkat kata, saya dan Bu Anik sahabat saya sudah sampai kemakam. Disana banyak pengunjung yang berziarah. Saya dan Bu Anik membaca doa secukupnya, sesudah itu kami berencana langsung mau pulang.
Tidak seperti biasanya. Sebelum pulang, kali ini saya menyempatkan seksama melihat-lihat keadaan disekeliling makam. Entahlah, tiba-tiba mata saya tertumpu pada semak-semak yang ada diutara makam sebelah atas. Di utara makam ada bukit yang lebih tinggi lagi..Ada jalan setapak yang melintas disepanjang bukit. Kanan kirinya berdiri kokoh pohon albasia besar.
Tiba-tiba ada ibu muda sederhana menyapa kami dengan ramah ketika kami sedang melihat-lihat kearah bukit itu. ‘Ibu mau lihat sumur, apa Bu?’ tanyanya. Saya terkesiap mendengar ibu muda itu menyebut tentang sumur, jadi ingat mimpi semalam. ‘Emang ada sumur apa mbak diatas sana?’ Tanya saya. ‘Iya disana ada sumur tiban (datangnya tiba-tiba)’ jawabnya. Saya makin penasaran. Tapi saya bimbang, mampukah saya mencapai sumur itu? Mengingat jalan setapak menuju sumur itu begitu terjal?
Rupanya ibu muda itu bisa menangkap keraguan saya. Dia berkata :’Ibu, kemarin ada ibu-ibu yang usianya lebih tua dari ibu juga bisa sampai kesana kok, jadi ibu insya Allah juga akan kuat sampai kesana’ ucapnya menyemangati saya. ‘Kenalkan saya yang menunggu sumur itu Bu’ ucapnya kemudian sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Semangat saya jadi membara ingin melihat ‘sumur tiban itu’. Apalagi karena sahabat saya Bu Anikpun juga bersemangat sekali untuk melihat sumur tiban itu. ‘Ayo Eyang, kita kesana, yakin saja Eyang, kita insya Allah bisa kesana !’ bujuk Bu Anik berapi-api !.
‘Ya sudah ayo kita kesana. Bismillahirrahmanirrahim’ kataku kepada Bu Anik...Setapak demi setapak saya berjuang dengan susah payah menapaki jalan setapak yang begitu terjal itu. Di pohon albasia besar yang ada di sebelah kanan dan kiri jalan setapak itu terlihat ribuan ulat bulu besar-besar yang menempel dikulit pohon bagian bawah. Bulu kuduk merinding kalau ingat pemandangan itu. Andai saja ulat itu tiba-tiba loncat dan menempel ke tubuh saya apa yang akan terjadi? Saya pasti akan berteriak-teriak karena geli dan ketakutan.Iih ngerii..
Ibu muda juru kunci sumur tiban itu mengekor dibelakang kami. Kami berdua, saya dan Bu Anik bergidik juga ketika menyusuri jalan setapak itu menuju ke sumur.Disekitar jalan setapak yang kami lalui banyak semak-semak rimbun yang bisa saja ada ular besar yang tiba-tiba melintas, kaget dan menyerang kami..
Ya Allah lindungilah kami dalam perjalanan ini, doa saya setiap kali. Saat itu karena masih pagi, masih sepi, belum ada pengunjung yang mendatangi sumur. Kata ibu juru kunci sumur itu, hari-hari biasa memang jarang yang datang kesumur itu, karena keberadaan sumur itu belum lama baru beberapa tahun dan tempatnyapun tersembunyi dipuncak bukit, dan sulit dicapai orang. Kecuali belum banyak dikenal orang, untuk sampai kesana kita harus punya nyali yang kuat.
Setelah berjalan beberapa lama terengah-engah, Alhamdulillah sampailah kami di sumur tiban yang dikatakan juru kunci sumur itu.
Ya Allah, subhanallah…Sumur tiban itu persis sama dengan sumur yang ada dalam mimpi saya semalam. Juga pohon pisang yang daunnya diambil oleh Kyai tadi malam, semuanya ada dihadapan saya sekarang…
Saya lebih terkejut lagi ketika Ibu juru kunci sumur itu menceritakan sejarah sumur tiban itu. Konon jaman dulu kala ada orang yang mohon maaf sangat buruk rupanya, sehingga isterinya sangat membencinya. Karena kesedihannya yang sangat dalam dibenci oleh isterinya, maka laki-laki itu kemudian meninggalkan rumah untuk bertapa.
Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun laki-laki itu tak kunjung pulang kerumah. Dan tak ada seorangpun yang tahu kemana perginya laki-laki buruk rupa itu. Padahal orangnya sangat baik karena dia adalah seorang kyai. Tetangganyapun sangat kehilangan dengan kepergiannya.
Hingga suatu saat ada seseorang tetangga desa yang menemukan seseorang yang sedang bertapa namun telah meninggal dunia. Tubuhnya masih utuh, tidak berbau busuk, bahkan harum baunya, namun sudah tidak bernyawa. Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang. Ternyata setelah dilihat, benar ! Dialah Kyai Buruk Rupa yang menghilang dari rumahnya bertahun-tahun karena kesedihan hatinya. Lalu Kyai buruk rupa itu dimakamkan dimana beliau ditemukan.
Sekarang ini makamnya ada dilokasi sumur namun agak disebelah atas bukit. Saya tidak berziarah kesana karena fisik saya sudah tidak kuat menjangkaunya.
Nah apa hubungan Kyai buruk rupa itu dengan sumur tiban yang ada dalam mimpi saya semalam yang sekarang sudah ada dihadapan saya ini?
Konon, di sekitar makam Mbah Imam Puro dulunya tidak ada sumur. Meskipun berapa kali diusahakan airnya sedikit sekali keluar dan itupun sangat dalam. Apabila musim kemarau airnya tidak keluar sehingga menjadi keprihatinan para pengunjung karena fasilitas air sangat susah, bahkan sering tidak ada sama sekali.
Suatu hari juru kunci makam Mbah Imam Puro bermimpi. Disuatu tempat (didekat sumur tiban itu) ia ditemui seorang laki-laki yang sangat buruk rupanya. Dalam mimpinya itu laki laki buruk rupa itu berkata ‘galilah dibawah pohon pisang ini, kalau kamu ingin membuat sumur, karena dibawahnya ada mata air yang bagus’
Setelah berpesan seperti itu laki-laki buruk rupa itupun kemudian menghilang…
Pagi harinya, percaya atau tidak percaya, karena penasaran, juru kunci makam Mbah Imam Puro itupun lalu mencari lokasi seperti yang ada di dalam mimpinya semalam. Dia kaget. Ternyata tempat itu benar-benar ada. Pohon pisang seperti yang ada dalam mimpinyapun juga ada. Ia lalu tanpa ragu lagi segera mencangkul tanah dibawah pohon pisang seperti yang ditunjukkan oleh laki-laki buruk rupa dalam mimpinya semalam.
Betapa kagetnya juru kunci itu ketika baru beberapa kali ia mencangkul, tiba-tiba tanahnya basah, makin kedalam ia cangkul makin banyak airnya, sehingga akhirnya benar-benar keluar air dari sebuah mata air yang cukup deras. Juru kunci itu begitu terkesima melihat mata air dihadapannya yang begitu deras memancarkan air yang begitu bening.
Ini adalah keajaiban. Sementara dilain tempat disekitar lokasi makam, berkali-kali diusahakan hingga sangat dalam tidak pernah ketemu mata air yang bagus, namun ini hanya dicangkul baru beberapa jengkal saja ada mata air yang cukup deras.
Padahal tempatnya jauh lebih tinggi dari lokasi makam, karena berada dipuncak bukit paling atas. Lalu hal inipun menjadi berita yang cukup menghebohkan bagi penduduk sekitar makam juga penduduk kota Purworejo. Alhamdulillah sejak adanya sumur tiban itu, para pengunjung makam tidak pernah kekurangan air.
Meskipun diambil oleh ribuan orang, ajaibnya sumur itu tetap banyak airnya tak bergeming. Seolah tak pernah diambil airnya. Saya hanya bisa mengucap Allah Hu Akbar…Sayapun lalu berwudhlu disitu, meminum airnya, dan membawanya untuk dibawa pulang sebagai tanda bahwa saya sudah sampai disumur tiban. Sampai ketika saya menulis kisah nyata ini belum hilang keheranan saya, atas mimpi yang saya alami dan menjadi kenyataan.
Masih banyak kisah sejenis yang memang saya alami dalam hidup saya,yang insya Allah akan saya ceritakan kepada Anda, semoga bisa menambah keimanan kita semua bahwa Allah Sungguh Maha Besar dengan segala kehendakNya.
Subhanallah…Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala keajaiban atas kehendakNya.
By Niniek SS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar