Senin, 20 Februari 2012

Ribuan Belalang Di Rumahku


        Kejadian ini terjadi ketika aku masih duduk dibangku Sekolah Dasar kelas V. Padahal usiaku sekarang sudah 55 tahun. Bayangkan sudah lama sekali 44 tahun yang lalu. Namun peristiwa itu masih jelas terbayang dalam benakku. Seolah baru kemarin saja terjadi.
        Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang biasa kupanggil dengan mas Un. Ketika sudah sampai saatnya kakakku dikhitan, orang tuaku merencanakan saat untuk mengkhitankan kakakku. Maklum orang tuaku tidak mampu. Jadi bagaimanapun sederhananya acara khitanan harus direncanakan jauh hari sebelumnya. Orang tuaku mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk acara khitanan itu.
        Sampai tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Pada hari yang ditentukan kakakku kelihatan gelisah. Mondar-mandir berjalan kesana kemari sebelum berangkat ke Pak Mantri sunat ( khitan ). Saya jadi ikut-ikutan gelisah waktu itu. Tak lama kemudian kakak diantar oleh Bapak berangkat kerumah Pak Mantri  tukang sunat. Mereka goncengan berdua naik sepeda onthel gowes.
        Sepeda onthel tua inventaris dari kantor kecamatan dimana bapak berkerja. Waktu itu kami tinggal di desa agak di pegunungan. Kalau sudah jam 3 sore udaranya cukup dingin. Jadi pada memakai sweeter atau pakaian tebal, atau jaket untuk mengurangi dingin.
        Waktu itu kebetulan musim kemarau jadi cuaca sangat dingin dimalam hari. Bapak dan kakak berangkat jam 5 sore. Ibu kelihatan gelisah menunggu dirumah. Ketika kakak dan bapak terlihat pulang selepas maghrib, ibu kelihatan lega. Matanya berkaca-kaca. Bertambah lagi satu anak laki-lakinya yang sebentar lagi akan menjadi dewasa.
        Kakak seperti menjadi raja waktu itu. Menjadi perhatian dari setiap tamu yang datang. Para tetangga, sanak saudara dan teman kerja bapak serta teman-teman ibu mengajar. Sambil bersalaman pulang, setiap tamu selalu memberi  kakak amplop berisi uang..Kakak berseri-seri wajahnya, karena mendapat uang banyak dari para tamu yang datang, meski terkadang meringis menahan sakit.
        Kami waktu anak-anak, jarang menyentuh uang, kecuali kalau disuruh ibu untuk membeli sesuatu di warung. Karena waktu aku masih kecil dulu, jarang anak kecil mengenal jajan.Tidak seperti anak anak jaman sekarang. Yang terlalu banyak jajan.
        Masih mending kalau jajanan yang dibeli adalah jajanan sehat. Apalagi jajanan yang beredar di sekolah-sekolah di desa-desa. Kebanyakan dibuat semurah mungkin, agar harganya terjangkau oleh anak-anak.
        Untuk menjangkau harga yang murah tentu ongkos produksi ditekan sedemikian rupa. Akhirnya digunakan bahan-bahan pewarna, perasa pengembang, agar warnanya menarik dan rasanyapun enak walau harganya murah. Padahal zat-zat kimia ini sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia..Inilah biang keladi terjadinya penyakit dimasa depan !
        Ini tentu sangat merugikan kehidupan manusia. Apalagi anak-anak adalah cikal bakal generasi muda bangsa. Embrio keluarga yang kelak bakal menentukan masa depan keluarga. Dan keluarga merupakan komponen terkecil suatu bangsa. Jika ada anggota seluruh keluarga ini sakit atau otaknya dikemudian hari menjadi bodoh karena mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dimasa kecilnya, bagaimana nasib bangsa ini kelak?
        Eh ceritanya kok jadi ngelantur kemana-mana ya? Sampai dimana cerita saya tadi?
        Kembali ke soal kakakku yang sedang dikhitan. Kasihan sekali melihatnya waktu itu. Pulang sudah memakai sarung, dan alat vitalnya ditopang pakai sabut kelapa, entah mengapa. Sampai saat inipun aku tak pernah menanyakan mengapa jaman dulu setiap habis khitan kok alat vital penderita selalu ditopang dengan sabut kelapa?
        Tidak seperti jaman sekarang, keluar dari ruang khitan anak-anak sudah lenggang kangkung memakai celana seperti bukan baru saja dikhitan. Katanya kini memakai tehnologi laser dimana khitan tanpa terasa sakit, baik ketika sedang dikhitan maupun sesudahnya.
        Orang tuaku tak mengundang siapapun ketika kakak disunat, kecuali memberitahu keluarga dekat untuk memohon doa restu mereka. Namun ternyata yang datang banyak sekali, diluar dugaan kata ibu. ANEH !!! persediaan makanan cukup. Padahal ibu menyediakannya hanya sedikit, sangat tidak seimbang dengan banyaknya tamu yang datang.
        Apakah ada hubungannya dengan kedatangan Romo Semana sebelumnya? Wallohua’lam .Nah ini begini kisahnya !
        Sesaat setelah kakak tiba dirumah selepas maghrib, tiba-tiba ada mobil impala warna biru benhur ( kalau tak salah ingat ) berhenti dipinggir jalan. Bapak dan ibu tergopoh gopoh menyambut kedatangan mobil impala biru itu.
        Rumah kontrakan yang kami tinggali adalah terletak dipinggir jalan raya kearah kota Magelang. Posisinya agak menjorok kebawah, sehingga kalau ada kendaraan yang melintas dijalan raya itu seolah berada diatas kepala kami. Dan ketika impala biru itu parkir dipinggir jalan sangat jelas terlihat dari rumah kami.
        Aku waktu itu tidak mengerti mengapa bapak dan ibu sangat tergopoh-gopoh ketika melihat mobil impala itu parkir dipinggir jalan didepan rumah. ‘Pasti orang penting yang datang itu’ pikirku..
        Kulihat seorang laki-laki turun dari impala biru itu. Wajahnya bersih, agak gendut, sangat berwibawa, juga kesan ningrat sangat kentara pada roman mukanya. Usianya kurang lebih diatas 60 tahun.
        ‘Siapakah gerangan dia” pikirku. Aku belum pernah melihat orang ini sebelumnya. Sepertinya orang ini baru pertama kalinya datang kerumah kami.      Bapak dan ibu langsung mencium tangannya ketika sudah dekat dengan orang itu.
        ‘Sugeng Romo..’ sambut bapak dan ibu penuh santun.
‘Alhamdulillah Romo berkenan datang Ya Alloh..’ kata ibu kepada orang itu. Bapak dan ibu kelihatan sangat gembira dengan kedatangan orang yang disebut Romo itu. Sekaligus kaget dan heran karena tidak menyangka akan kedatangannya.
        Dalam perbincangan antara bapak, ibu dan Romo, kuketahui kemudian bahwa Romo itu adalah ‘Romo Semana’. Karena ibu maupun bapak beberapa kali menyebutkan namanya. Aku memang sudah sering kali mendengar tentang Romo Semana, orang pintar dikotaku waktu itu, yang sering dikunjungi oleh banyak orang untuk meminta pertolongan. Paranormal atau ahli metafisika istilah kerennya. Banyak pejabat Negara berkunjung kerumahnya.
        Aku tahu itu karena rumah Romo Semana tak jauh dari jalan besar yang biasa dilewati kendaraan umum, dan terlihat jelas mobil-mobil para tamunya yang sedang berkunjung kerumah beliau. Rumah Romo Semana sebenarnya tak begitu jauh dari tempat tinggal kami kurang lebih hanya 6 kilometer. Namun keluarga kami tak pernah berkunjung kerumah Romo Semana karena tak mempunyai kepentingan.
        Rama Semana memang sangat terkenal sampai kemana-mana. Anak anak kecil seumur aku waktu itu saja mengenal namanya saking populernya. Walau aku belum pernah bertemu dengan sosoknya, namun nama Romo Semana sudah akrab dengan telingaku. Ketika Ibu dan Bapak menyebut bahwa yang datang itu adalah Romo Semana. Aku terbengong..’Oh pantas kalau beliau disebut orang pintar’, karena tampilan fisiknya saja telah mencerminkan bahwa beliau adalah orang besar dan sangat berwibawa.
        Namun tidak ada lima menit Romo bertamu dirumahku. Rasanya baru saja beliau datang. Eh sudah pamitan. Ketika ibu menghidangkan kue-kue dan mempersilahkannya, beliau menggeleng santun. ‘Air putih saja’ Kata Romo meminta kepada ibu.
        Lalu ibu segera menyerahkan segelas air putih yang diminta Romo Semana. Dikiranya untuk diminum Romo, ternyata segelas air putih itu oleh Romo kemudian didoakan, dan kemudian diserahkan kembali kepada ibu, sambil beliau berpesan:’Berikan air ini untuk anakmu yang sedang khitan’.
        Dengan serta merta, ibupun lalu memberikan segelas air putih yang sudah didoakan oleh Romo Semana itu kepada kakakku untuk diminum. Beberapa saat keadaan ini cukup menegangkan, karena tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Hening beberapa saat.
        Tidak lama kemudian Romo Semana pergi meninggalkan rumah kami.
        Bapak dan ibu masih terpana dengan kedatangan Romo Semana. Bapak dan ibu belum pernah kenal dengan beliau, dan belum pernah datang silaturahim kerumah Romo Semana, walau beliau seorang yang sangat terkenal dikota kami.Mengapa beliau mau datang kerumah kami padahal tak diundang? Wallohua’lam .
        Mana berani orang tuaku mengundang orang ternama untuk datang pada khitanan kakakku? Bukan karena apa, pertama bukan kenalan dari ibu dan bapakku. Yang kedua orangtuaku merasa tidak punya kepentingan untuk mengundang beliau datang kerumah kami dalam acara khitanan kakakku.
        Pantas saja bapak dan ibu masih terbengong bengong agak beberapa saat, mengingat tidak mudah untuk mendatangkan Romo Semana. Ini beliau tidak diundang kok malah berkenan datang sendiri. Kan aneh..
        Tak lama kemudian sesudah Romo meninggalkan rumah kami, tiba-tiba ada belalang hijau beterbangan didalam rumah. Awalnya hanya satu atau dua ekor, ANEH !!! lama-lama menjadi ribuan belalang yang membuat bulu kuduk meremang, ingat pada kisah tentang jamannya Fira’un dan Nabi Musa AS. Pada saat itu kami tak terpikir untuk menghubung-hubungkan kedatangan Romo Semana dengan ribuan belalang itu.
        Semua yang ada didalam rumah pada terbelalak heran. Tak ada seorangpun yang bisa menganalisa tentang kejadian itu. Hingga sekarang kejadian itu menjadi misteri yang belum terpecahkan. Berpuluh tahun kemudian, kakakku Mas Un sebagaimana orang-orang yang lain, selesai kuliah lalu bekerja, menikah dan mempunyai beberapa putra dan putri.
        Kehidupannya termasuk sangat lancar dibanding kami sepuluh bersaudara. Putra putrinyapun mengalami kelancaran hidup seperti kakakku Mas Un. Sekolahnya lancar, mencari perguruan tinggipun juga tanpa proses yang sulit. Lulus kuliah langsung diterima bekerja pada perusahaan yang memberi gaji besar.Subhanallah..
        Meskipun zaman ini bukanlah zamannya Nabi Musa dimana banyak terjadi keanehan-keanehan alam, seperti dimana mana banyak belalang, air menjadi darah sehingga tidak bisa diminum, laut terbelah, namun kalau sudah Allah kehendaki ribuan belalangpun bisa tiba-tiba muncul dihadapan kita sekarang, walau bukan habitat hidup belalang, dan kitapun tak ada seorangpun yang tahu apa yang menjadi sabab musababnya.
        Inilah satu fenomena kebesaran Allah SWT. Dimana kita harus yakin pada kekuasaanNya dan kehendakNya. Semoga tulisan ini bisa menjadikan kita makin taqwa kepadaNya, berharap dan berserah diri hanya kepadaNya, Allah SWT.

By Niniek SS  
       

       

         

       
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar